Senyum yang Menyembunyikan Luka, Mengenal Smiling Depression
Charitas Hospital Palembang

Kita terbiasa membayangkan depresi sebagai seseorang yang murung, sering menangis, atau menarik diri dari pergaulan. Tapi, tahukah Anda? Tidak semua depresi terlihat jelas. Ada orang yang tetap bisa tertawa, ramah, bahkan menjadi penghibur di lingkaran sosial—padahal di balik senyum itu, mereka sedang bergulat dengan rasa hampa. Kondisi inilah yang disebut smiling depression.
Apa itu Smiling Depression?
Smiling depression adalah kondisi ketika seseorang tampak bahagia di luar, tetapi di dalam dirinya menyimpan kesedihan mendalam, rasa lelah, bahkan putus asa.
Karena terlihat “baik-baik saja”, kondisi ini sering tidak terdeteksi, bahkan oleh orang terdekat.
Karena terlihat “baik-baik saja”, kondisi ini sering tidak terdeteksi, bahkan oleh orang terdekat.
Mengapa Depresi Bisa Tersembunyi?
Ada beberapa alasan mengapa seseorang memilih menyembunyikan depresinya:
-
Takut dianggap lemah – banyak orang memilih memasang topeng ceria agar tidak membebani orang lain.
-
Pengaruh budaya & norma sosial – dalam beberapa lingkungan, menunjukkan kesedihan dianggap tabu.
-
Mekanisme pertahanan psikologis – senyum dan keramahan bisa jadi cara untuk menutupi rasa sakit yang sebenarnya.
-
Variasi gejala medis – depresi bisa muncul dalam bentuk keluhan fisik atau tetap berfungsi tinggi di pekerjaan, meski batin terasa kosong.
Mengapa Berbahaya?
Karena tidak terlihat, smiling depression sering tidak tertangani dengan baik. Akibatnya:
-
Risiko gangguan kecemasan dan penyalahgunaan zat meningkat.
-
Dapat memicu penyakit jantung atau masalah medis lain.
-
Membawa risiko serius seperti pikiran bunuh diri.
Tanda-tanda yang Perlu Diperhatikan
Menurut pedoman DSM-5-TR, diagnosis depresi mayor ditegakkan bila seseorang mengalami sedikitnya 5 gejala hampir setiap hari selama ≥2 minggu:
-
Suasana hati sedih atau kosong
-
Kehilangan minat atau kesenangan
-
Gangguan tidur dan nafsu makan
-
Mudah lelah
-
Perasaan tidak berharga atau bersalah
-
Sulit berkonsentrasi
-
Pikiran tentang kematian
Penting: Jangan melakukan self-diagnose. Konsultasi dengan psikolog atau psikiater tetap langkah terbaik.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
-
Lebih peka terhadap orang sekitar—senyum tidak selalu berarti bahagia.
-
Dengarkan tanpa menghakimi—kadang, telinga yang mau mendengar lebih berharga dari seribu nasihat.
-
Tawarkan bantuan profesional bila diperlukan.
-
Berikan dukungan sederhana—sapaan, perhatian kecil, atau sekadar menemani bisa sangat berarti.
Kesimpulan
Senyum bisa jadi topeng yang menutupi luka. Smiling depression mengingatkan kita bahwa kesehatan mental tidak selalu tampak dari luar. Dengan kepedulian, dukungan, dan akses pada pertolongan profesional, depresi bisa diatasi dan kualitas hidup bisa kembali membaik.
Daftar Pustaka
American Psychiatric Association. (2022). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed., text rev.; DSM-5-TR). American Psychiatric Publishing.
Bhattacharya, S., Hoedebecke, K., Sharma, N., Gokdemir, O., & Singh, A. (2019). “Smiling depression” (an emerging threat): Let’s talk. Indian Journal of Community Health, 31(4), 433–436.
Chen, X., & Luo, T. (2023). Catching elusive depression via facial micro-expression recognition [Preprint]. arXiv. https://arxiv.org/abs/2307.15862
Joseph, J. F., Tural, U., Joseph, N. D., Mendoza, T. E., Patel, E., Reifer, R., & Deregnaucourt, M. (2025). Understanding high-functioning depression in adults. Cureus, 17(2), e78891. https://doi.org/10.7759/cureus.78891
Malhi, G. S., & Mann, J. J. (2018). Depression. The Lancet, 392(10161), 2299–2312. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(18)31948-2
Shetty, P., Mane, A., Fulmali, S., & Uchit, G. (2018). Understanding masked depression: A clinical scenario. Indian Journal of Psychiatry, 60(1), 97–102. https://doi.org/10.4103/psychiatry.IndianJPsychiatry_272_17
Walker, E. R., McGee, R. E., & Druss, B. G. (2015). Mortality in mental disorders and global disease burden implications: A systematic review and meta-analysis. JAMA Psychiatry, 72(4), 334–341. https://doi.org/10.1001/jamapsychiatry.2014.2502
Yamashita, A., & Yamamoto, H. (2021). Perceiving positive facial expression can relieve depressive moods: The effect of emotional contagion on mood in people with subthreshold depression. Frontiers in Psychology, 12, 535980. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2021.535980
Kembali